Rabu, 02 Juli 2008

Serba-serbi Pendidikan

JABATAN PAURSI

Sebagai seorang siswa, hal yang sangat menyibukkan adalah saat menghadapi ujian tulis mata pelajaran. Banyak siswa yang dibuat stress tidak hanya karena sulitnya menerima mata pelajaran, tetapi juga karena “ancaman bapak itu” yang akan mengeluarkan siswa yang kena Her tujuh kali. Maklumlah, banyak diantara rekan siswa yang sudah mengalami PDI (Penurunan Daya Ingat). Dan yang lebih gawat lagi, apabila dalam ujian ada yang ketahuan dan terbukti “ngrepek” oleh pengawas ujian, pasti akan diproses untuk di keluarkan dari sekolah…

Dalam pelaksanaan ujian, yang menjadi momok yang merisaukan adalah jika pengawas ujian diawasi oleh “ibu itu”. Karena bisa diperkirakan bahwa apabila ujian diawasi olehnya, maka kemungkinan besar ada yang kena her. Kenapa? Anda pasti sudah tahu……..

Akibatnya, ancaman itu menjadi motivasi yang cukup manjur bagi para peserta didik untuk belajar lebih giat. Jangan sampai mendapat nilai ujian kurang dari 65, sehingga kena her yang dampaknya tidak enak. Bagi yang kena her, biasanya dipanggil oleh Pembina dalam setiap kesempatan sebelum ujian ulang dilaksanakan, mungkin bagi sebagian orang panggilan tidak enak dan bikin malu:”bagi yang kena her, kumpul di Mako Densis!” atau “setelah kegiatan makan, para peserta didik yang kena her tinggal di tempat..!” itu sebagian dari perintah Pembina yang tidak enak didengar telinga.

Agar terhindar dari her-heran seperti itu banyak cara telah ditempuh, banyak strategi yang dilakukan. Ada yang belajar sampai larut malam dan ada yang mengandalkan kisi-kisi / bocoran soal (yang sumbernya tidak jelas) baik melalui selebaran ataupun kiriman pesan singkat / SMS.

Namun ada kebiasaan baru yang cukup mencolok di kalangan peserta didik pada pertengahan masa pendidikan, yaitu berusaha mendapatkan ringkasan / resume mata pelajaran yang akan diujikan. Selebaran itu dalam bentuk ringkasan materi mata pelajaran, hurufnya relatif kecil, satu halaman muka dibagi menjadi dua kolom, dan terdiri dari satu lembar saja sehingga mudah dibawa kemana-mana untuk belajar. Peredarannya bisa sampai Densis lain ataupun kompi Polwan. Dengan begitu, kegiatan belajar tidak mengenal tempat, entah itu di lapangan selagi menunggu apel, di sela-sela istirahat pelajaran kelas, ataupun pada kesempatan lain.

Menurut saya, keberadaan kisi-kisi itu sangat sangatlah membantu. Banyak peserta didik yang merasa lega setelah mendapatkan kisi-kisi itu. Jika belum mendapatkannya, mereka berusaha mencari ke peleton / teman lain.

Siapa orang yang membuat kisi-kisi itu? Awalnya tidak ada yang mengetahui karena dalam setiap produknya, tidak dicantumkan identitas dengan jelas, hanya ada tulisan “dagadu djogja”. Kemudian menjelang pertengahan ada tambahan sponsor yaitu ada tulisan “Bravo 97/98”. Setelah diselidiki ternyata orang itu bernama TEGUH dari kompi A, asal pengiriman Polda DIY, alumni Dikmaba PK Polri tahun 1997/1998 (anggota keluarga besar REGAMA 9798).

Oleh karena itu dia mendapat jabatan PAURSI (Perwira Urusan Kisi-kisi)…… terima kasih banyak mas Teguh, jasamu tak akan terlupakan bagi kami. Yang pasti dia telah memberikan kontribusi yang cukup bagi proses pembelajaran disini.... (Achmad)

Tidak ada komentar: